Selamat Datang Di Blog Sambas Sunnah, Sebuah Blog Karya Biak Kitte Juak. Semoga Bermanfaat. Ayo...Semangat Menuntut Ilmu Agama. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, وَمَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللَّهُ لَهُ بِهِ طَرِيقًا إِلَى الْجَنَّةِ “Barang siapa yang menempuh jalan untuk menuntut ilmu agama, maka Allah akan mudahkan baginya jalan menuju surga.” (HR. Muslim, no. 2699).
 
Jumat, 27 Mei 2016

Ada Uang Abang Sayang

0 komentar
Bismillaah,

Alhamdulillaah...., kita bersyukur kepada Alloh Tabaroka Wa Ta'ala yang masih memberikan kita begitu banyak kenikmatan, yang apabila kita mencoba untuk menghitung nikmat yang Alloh berikan kepada kita niscaya kita tidak akan mampu untuk menghitungnya. Dan Nikmat terbesar yang Alloh berikan kepada kita adalah nikmat keislaman. Sholawat dan salam semoga tercurahkan kepada Rasululloh shallallohu 'alaihi wasallam, kepada keluarga Beliau, kepada para sahabat dan kepada umat Beliau yang senantiasa istiqomah diatas risalah Beliau dan menghidupkan sunnah-sunnah Beliau hingga akhir zaman nanti.

Saudariku -yang semoga senantiasa dirahmati dan diberkahi oleh Alloh Tabaroka Wa Ta'ala-

Sebuah fenomena yang menimpa sebagian wanita, terutama bagi mereka yang telah berumah tangga adalah ketika sang suami memiliki uang mereka sangat-sangat sayang kepada suami mereka dan sangat memuliakannya seta menjaga hak-hak suami mereka. Namun, sangat disayangkan manakala sang suami sedang ditimpa kesusahan dengan kesulitan dalam harta, mereka para istri malah mulai menjauhi suami mereka, mulai durhaka kepada mereka dan terkesan kurang mensyukuri apa yang selama ini telah diberikan oleh Alloh Ta'ala melalui keringat dan jerih payah sang suami. Allohul Musta'an. 
Terlebih lagi mereka seolah-olah cemburu dengan keluasan rezeki yang dimiliki tetangganya ataupun saudaranya yang lain.

Berangkat dari perkara dan fenomena ini, tulisan ini saya tulis adalah sebagai nasehat bagi anda, bagi kalian duhai para istri yang memegang prinsip ada uang abang sayang, tak ada uang abang ditendang.
Ada beberapa hal yang harus kalian ketahui, agar kalian selalu sayang kepada suami dalam keadaan apapun mereka, baik ketika mereka memiliki uang maupun dalam kesulitan yang panjang.


POINT PERTAMA
BAHWA SEGALA YANG MENIMPAMU ADALAH KETETAPAN ALLOH

Saudariku, ketahuilah bahwasanya segala sesuatu yang menimpa kita adalah ketetapan dari Alloh Ta'ala yang telah tertulis di Lauh Mahfudz, tidak ada sesuatu pun yang sudah terjadi maupun yang akan terjadi kecuali telah tercatat, sebagaimana firman-Nya:

وَعِنْدَهُ مَفَاتِحُ الْغَيْبِ لاَيَعْلَمُهَآ إِلاَّ هُوَ وَيَعْلَمُ مَافِي الْبَرِّوَالْبَحْرِ وَمَا تَسْقُطُ مِن وَرَقَةٍ يَعْلَمُهَا وَلاَحَبَّةٍ فِي ظُلُمَاتِ اْلأَرْضِ وَلاَرَطْبٍ وَلاَيَابِسٍ إِلاَّ فِي كِتَابٍ مًّبِينٍ {59}
Dan pada sisi Alloh-lah kunci-kunci semua yang ghaib; tidak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri, dan Dia mengetahui apa yang di daratan dan di lautan, dan tiada sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya (pula), dan tidak jatuh sebutir biji-pun dalam kegelapan bumi, dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfudz)””. (Q.S. Al An’am: 59).
Alloh Ta'ala juga telah mencatat takdir kita dan semua makhluk 50.000 sebelum Alloh menciptakan langit dan bumi. Nabi shallallohu ‘alaihi wa sallam bersabda,
كَتَبَ اللَّهُ مَقَادِيرَ الْخَلاَئِقِ قَبْلَ أَنْ يَخْلُقَ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضَ بِخَمْسِينَ أَلْفَ سَنَةٍ
Allah telah mencatat takdir setiap makhluk 50.000 tahun sebelum penciptaan langit dan bumi.” (HR. Muslim no. 2653, dari ‘Abdullah bin ‘Amr bin Al ‘Ash).
Setelah kita mengetahui bahwa sesuatu yang menimpa kita adalah ketetapan dari Alloh Ta'ala, maka
sudah sepantasnya kita sebagai hamba meyakini semuanya terjadi sesuai dengan takdir yang telah Allah tetapkan, termasuklah kekurangan harta.


POINT KEDUA
REZEKIMU TELAH DIATUR DAN DITENTUKAN

Rezeki kita telah Alloh Ta'ala tetapkan dan tentukan sesuai kehendak Alloh. Alloh Ta’ala berfirman,
أَهُمْ يَقْسِمُونَ رَحْمَتَ رَبِّكَ نَحْنُ قَسَمْنَا بَيْنَهُم مَّعِيشَتَهُمْ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَرَفَعْنَا بَعْضَهُمْ فَوْقَ بَعْضٍ دَرَجَاتٍ لِّيَتَّخِذَ بَعْضُهُم بَعْضًا سُخْرِيًّا وَرَحْمَتُ رَبِّكَ خَيْرٌ مِّمَّا يَجْمَعُونَ
“Apakah mereka yang membagi-bagi rahmat Tuhanmu? Kami telah menentukan antara mereka penghidupan mereka dalam kehidupan dunia, dan kami telah meninggikan sebagian mereka atas sebagian yang lain beberapa derajat, agar sebagian mereka dapat mempergunakan sebagian yang lain. Dan rahmat Tuhanmu lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan. ” (Q.S. Az Zukhruf: 32).
Ingatlah, rezeki selain sudah diatur, juga sudah dibagi dengan adil sesuai ukuran untuk kita.
Alloh Ta’ala berfirman,
وَلَوْ بَسَطَ اللَّهُ الرِّزْقَ لِعِبَادِهِ لَبَغَوْا فِي الْأَرْضِ وَلَكِنْ يُنَزِّلُ بِقَدَرٍ مَا يَشَاءُ إِنَّهُ بِعِبَادِهِ خَبِيرٌ بَصِيرٌ
Dan jikalau Alloh melapangkan rezki kepada hamba-hamba-Nya tentulah mereka akan melampaui batas di muka bumi, tetapi Alloh menurunkan apa yang dikehendaki-Nya dengan ukuran. Sesungguhnya Dia Maha Mengetahui (keadaan) hamba-hamba-Nya lagi Maha Melihat.” (Q.S. Asy Syuraa: 27)
Ibnu Katsir rahimahullah menjelaskan, “Alloh memberi rizki pada mereka sesuai dengan pilihan-Nya dan Allah selalu melihat manakah yang maslahat untuk mereka. Alloh tentu yang lebih mengetahui manakah yang terbaik untuk mereka. Alloh-lah yang memberikan kekayaan bagi mereka yang Dia nilai pantas menerimanya. Dan Alloh-lah yang memberikan kefakiran bagi mereka yang Dia nilai pantas menerimanya.” (Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, 6: 553).


POINT KETIGA
MEYAKINI BAHWA REZEKI TIDAK AKAN PERNAH TERTUKAR

Hasad, iri, dengki, jadi sebab kita tak pernah puas dengan rezeki. Namun sebenarnya itu semua kembali pada diri kurangnya iman pada takdir. Rezeki adalah bagian dari takdir ilahi sehingga untuk memahaminya harus memahami takdir dengan baik. Yang jelas rezeki kita tak pernah tertukar. Apa yang kita miliki, itulah yang terbaik untuk kita. Rezeki kita tak pernah tertukar.

Jika kita mendapatkan kendaraan biasa, tetangga punya lebih baik …. Tetap rezeki kita tak tertukar.
Jika kita memiliki rumah sederhana, tetangga memiliki rumah mewah bak istana …. Tetap rezeki kita tak tertukar.

Jika kita menolak PEKERJAAN YANG MAKSIAT DAN HARAM, lantas kita ingin cari yang halal dan berkah, maka rezeki kita pun tak tertukar. Jangan kira ketika menolak yang maksiat atau yang haram, rezeki kita akan pergi dan tertukar pada orang lain. Justru ketika kita ingin yang halal, Alloh terus berkahi dan menambahkan rezeki.
إِنَّ رَبَّكَ يَبْسُطُ الرِّزْقَ لِمَنْ يَشَاءُ وَيَقْدِرُ إِنَّهُ كَانَ بِعِبَادِهِ خَبِيرًا بَصِيرًا
Sesungguhnya Tuhanmu melapangkan rezeki kepada siapa yang Dia kehendaki dan menyempitkannya; Sesungguhnya Dia Maha mengetahui lagi Maha melihat akan hamba-hamba-Nya.” (Q.S. Al Isra’: 30)
Ingat pula janji ini …
إِنَّكَ لَنْ تَدَعَ شَيْئاً لِلَّهِ عَزَّ وَجَلَّ إِلاَّ بَدَّلَكَ اللَّهُ بِهِ مَا هُوَ خَيْرٌ لَكَ مِنْهُ
Sesungguhnya jika engkau meninggalkan sesuatu karena Alloh, niscaya Allah akan memberi ganti padamu dengan yang lebih baik.” (HR. Ahmad 5: 363. Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan bahwa sanad hadits ini shahih. Syaikh Salim bin ‘Ied Al Hilali berkata bahwa sanad hadits ini shahih).
Dengan kita meninggalkan yang haram karena Alloh, maka akan diganti dengan yang lebih baik.

POINT KEEMPAT
NASEHAT SALAF PERIHAL REZEKI
Dari Ubadah bin Shomit, beliau pernah mengatakan pada anaknya, ”Engkau tidak dikatakan beriman kepada Alloh hingga engkau beriman kepada takdir yang baik maupun yang buruk dan engkau harus mengetahui bahwa apa saja yang akan menimpamu tidak akan luput darimu dan apa saja yang luput darimu tidak akan menimpamu. Saya mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,”Takdir itu demikian. Barangsiapa yang mati dalam keadaan tidak beriman seperti ini, maka dia akan masuk neraka.” (Shohih. Lihat Silsilah Ash Shohihah no. 2439).

Ibnul Qayyim rahimahulloh berkata:
“Fokuskanlah pikiranmu untuk memikirkan apapun yang diperintahkan Alloh kepadamu. Jangan menyibukkannya dengan rezeki yang sudah dijamin untukmu. Karena rezeki dan ajal adalah dua hal yang sudah dijamin, selama masih ada sisa ajal, rezeki pasti datang. Jika Alloh -dengan hikmahNya- berkehendak menutup salah satu jalan rezekimu, Dia pasti –dengan rahmatNya- membukakan jalan lain yang lebih bermanfaat bagimu.
Renungkanlah keadaan janin, makanan datang kepadanya, berupa darah dari satu jalan, yaitu pusar.
Lalu ketika dia keluar dari perut ibunya dan terputus jalan rezeki itu, Alloh membuka untuknya DUA JALAN REZEKI yang lain [yakni dua puting susu ibunya], dan Alloh mengalirkan untuknya di dua jalan itu; rezeki yang lebih baik dan lebih lezat dari rezeki yang pertama, itulah rezeki susu murni yang lezat.
Lalu ketika masa menyusui habis, dan terputus dua jalan rezeki itu dengan sapihan, Alloh membuka EMPAT JALAN REZEKI lain yang lebih sempurna dari yang sebelumnya; yaitu dua makanan dan dua minuman. Dua makanan = dari hewan dan tumbuhan. Dan dua minuman = dari air dan susu serta segala manfaat dan kelezatan yang ditambahkan kepadanya.
Lalu ketika dia meninggal, terputuslah empat jalan rezeki ini, Namun Alloh -Ta’ala- membuka baginya -jika dia hamba yang beruntung- DELAPAN JALAN REZEKI, itulah pintu-pintu surga yang berjumlah delapan, dia boleh masuk surga dari mana saja dia kehendaki.
Dan begitulah Alloh Ta’ala, Dia tidak menghalangi hamba-Nya untuk mendapatkan sesuatu, kecuali Dia berikan sesuatu yang lebih afdhol dan lebih bermanfaat baginya. Dan itu tidak diberikan kepada selain orang mukmin, karenanya Dia menghalanginya dari bagian yang rendahan dan murah, dan Dia tidak rela hal tersebut untuknya, untuk memberinya bagian yang mulia dan berharga.”. (Al Fawaid, hal. 94, terbitan Maktabah Ar Rusyd, tahqiq: Salim bin ‘Ied Al Hilali).

Imam Ghazali rahimahulloh menyebutkan fawaid dari nasihat Hatim Al-Asham:
Aku melihat manusia saling mencela dan saling membicarakan jelek (ghibah) satu dan lainnya. Aku dapati bahwa itu termasuk HASAD (cemburu atau iri) dalam harta, kedudukan dan pengetahuan.
Aku kemudian renungkan firman Alloh Ta’ala (yang artinya), “Kami telah menentukan antara mereka penghidupan mereka dalam kehidupan dunia.” (QS. Az-Zukhruf: 32).
Aku sadari bahwa pembagian tersebut sudah ditentukan oleh Alloh sejak takdir yang dahulu ada.
Kenapa aku mesti HASAD (cemburu) pada rezeki orang lain?
Itulah yang membuatku tetap ridha pada pembagian Alloh.
Dinukil dari kitab Ayyuhal Walad karya Imam Al-Ghazali, hlm. 57.


POINT KELIMA
BERSABAR ATAS TAKDIR ALLOH
Ingatlah bahwa takdir Alloh itu ada dua macam, ada yang menyenangkan dan ada yang terasa pahit. Untuk takdir Alloh yang menyenangkan, maka seseorang hendaknya bersyukur. Dan syukur termasuk dalam melakukan ketaatan sehingga butuh juga pada kesabaran dan hal ini termasuk dalam sabar bentuk pertama di atas. 
Sedangkan takdir Alloh yang dirasa pahit misalnya seseorang mendapat musibah pada badannya atau kesulitan dan kehilangan harta atau kehilangan salah seorang kerabat, maka ini semua butuh pada kesabaran dan pemaksaan diri. Dalam menghadapi hal semacam ini, hendaklah seseorang sabar dengan menahan dirinya jangan sampai menampakkan kegelisahan pada lisannya, hatinya, atau anggota badan serta janganlah ia mencari jalan-jalan yang dimurkai oleh Alloh.


Demikianlah nasehat yang dapat saya sampaikan.

Hanya kepada Alloh kita bersandar dan memohon ampunan.
Semoga Alloh selalu membuat hati kita istiqomah diatas agama yang HAQ ini dan istiqomah diatas hidayah sunnah. Aamiin.




Selesai di pagi Jum'at, Studio Radio Dakwah Indah Pratama.

88.6 FM Kota Singkawang.

20 Sya'ban 1437H / 27 Mei 2016M


Abu Aufa

Leave a Reply

 
Sambas Sunnah © 2016 | Created By Abu Aufa