Selamat Datang Di Blog Sambas Sunnah, Sebuah Blog Karya Biak Kitte Juak. Semoga Bermanfaat. Ayo...Semangat Menuntut Ilmu Agama. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, وَمَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللَّهُ لَهُ بِهِ طَرِيقًا إِلَى الْجَنَّةِ “Barang siapa yang menempuh jalan untuk menuntut ilmu agama, maka Allah akan mudahkan baginya jalan menuju surga.” (HR. Muslim, no. 2699).
 
Selasa, 14 Juni 2016

Hadits Dho'if Di Bulan Ramadhan

0 komentar
Dari ratusan hadist lemah dan palsu seputar bulan ramadhan, saya memilih 15 hadist dha'if dan maudhu yang masyhur dikotbahkan khatib2 taraweh, ustad2 di TV, khatib jumat dll. Semoga bisa menjadi benteng buat kita untuk tidak mengamalkan hadist dha'if dan hadist palsu.

1. “Berpuasalah, kalian akan sehat.”
Hadits ini diriwayatkan oleh Abu Nu’aim di Ath Thibbun Nabawi sebagaimana dikatakan oleh Al Hafidz Al Iraqi di Takhrijul Ihya (3/108), oleh Ath Thabrani di Al Ausath (2/225), oleh Ibnu ‘Adi dalam Al Kamil Fid Dhu’afa (3/227).
Hadits ini dhaif (lemah), sebagaimana dikatakan oleh Al Hafidz Al Iraqi di Takhrijul Ihya (3/108), juga Al Albani di Silsilah Adh Dha’ifah (253). Bahkan Ash Shaghani agak berlebihan mengatakan hadits ini maudhu (palsu) dalam Maudhu’at Ash Shaghani (51).

2. "Tidurnya orang yang berpuasa adalah ibadah, diamnya adalah tasbih, do’anya dikabulkan, dan amalannya pun akan dilipatgandakan pahalanya.”
Hadits ini diriwayatkan oleh Al Baihaqi di Syu’abul Iman (3/1437).
Hadits ini dhaif, sebagaimana dikatakan Al Hafidz Al Iraqi dalam Takhrijul Ihya (1/310). Al Albani juga mendhaifkan hadits ini dalam Silsilah Adh Dha’ifah (4696).

3. “Biasanya Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam ketika berbuka membaca doa: Allahumma laka shumtu wa ‘alaa rizqika afthartu fataqabbal minni, innaka antas samii’ul ‘aliim.”
Hadits ini diriwayatkan oleh Abu Daud dalam Sunan-nya (2358), Adz Dzahabi dalam Al Muhadzab (4/1616), Ibnu Katsir dalam Irsyadul Faqih (289/1), Ibnul Mulaqqin dalam Badrul Munir (5/710)
Ibnu Hajar Al Asqalani berkata di Al Futuhat Ar Rabbaniyyah (4/341) : “Hadits ini gharib, dan sanadnya lemah sekali”. Hadits ini juga didhaifkan oleh Asy Syaukani dalam Nailul Authar (4/301), juga oleh Al Albani di Dhaif Al Jami’ (4350). Dan doa dengan lafadz yang semisal, semua berkisar antara hadits lemah dan munkar.

4.“Jangan menyebut dengan ‘Ramadhan’ karena ia adalah salah satu nama Allah, namun sebutlah dengan ‘Bulan Ramadhan.’”
Hadits ini diriwayatkan oleh Al Baihaqi dalam Sunan-nya (4/201), Adz Dzaahabi dalam Mizanul I’tidal (4/247), Ibnu ‘Adi dalam Al Kamil Fid Dhu’afa (8/313), Ibnu Katsir di Tafsir-nya (1/310).
Ibnul Jauzi dalam Al Maudhuat (2/545) mengatakan hadits ini palsu. Namun, yang benar adalah sebagaimana yang dikatakan oleh As Suyuthi dalam An Nukat ‘alal Maudhuat (41) bahwa “Hadits ini dhaif, bukan palsu”. Hadits ini juga didhaifkan oleh Ibnu ‘Adi dalam Al Kamil Fid Dhu’afa (8/313), An Nawawi dalam Al Adzkar (475), oleh Ibnu Hajar Al Asqalani dalam Fathul Baari (4/135) dan Al Albani dalam Silsilah Adh Dhaifah (6768).

5.Bulan Ramadhan bergantung di antara langit dan bumi. Tidak ada yang dapat mengangkatnya kecuali zakat fithri.”
Hadits ini disebutkan oleh Al Mundziri di At Targhib Wat Tarhib (2/157). Al Albani mendhaifkan hadits ini dalam Dhaif At Targhib (664), dan Silsilah Ahadits Dhaifah (43).

6. “Rajab adalah bulan Allah, Sya’ban adalah bulanku, dan Ramadhan adalah bulan umatku.”
Hadits ini diriwayatkan oleh Adz Dzahabi di Tartibul Maudhu’at (162, 183), Ibnu Asakir di Mu’jam Asy Syuyukh (1/186).
Hadits ini didhaifkan oleh di Asy Syaukani di Nailul Authar (4/334), dan Al Albani di Silsilah Adh Dhaifah (4400). Bahkan hadits ini dikatakan hadits palsu oleh banyak ulama seperti Adz Dzahabi di Tartibul Maudhu’at (162, 183), Ash Shaghani dalam Al Maudhu’at (72), Ibnul Qayyim dalam Al Manaarul Munif (76), Ibnu Hajar Al Asqalani dalam Tabyinul Ujab (20).

7. “Barangsiapa memberi hidangan berbuka puasa dengan makanan dan minuman yang halal, para malaikat bershalawat kepadanya selama bulan Ramadhan dan Jibril bershalawat kepadanya di malam lailatul qadar.”
Hadist ini diriwayatkan oleh Ibnu Hibban dalam Al Majruhin (1/300), Al Baihaqi di Syu’abul Iman (3/1441), Ibnu ‘Adi dalam Al Kamil Adh Dhuafa (3/318), Al Mundziri dalam At Targhib Wat Tarhib (1/152)
Hadits ini didhaifkan oleh Ibnul Jauzi di Al Maudhuat (2/555), As Sakhawi dalam Maqasidul Hasanah (495), Al Albani dalam Dhaif At Targhib (654).

8. “Kita telah kembali dari jihad yang kecil menuju jihad yang besar.” Para sahabat bertanya: “Apakah jihad yang besar itu?” Beliau bersabda: “Jihadnya hati melawan hawa nafsu.”
Menurut Al Hafidz Al Iraqi dalam Takhrijul Ihya (2/6) hadits ini diriwayatkan oleh Al Baihaqi dalam Az Zuhd. Ibnu Hajar Al Asqalani dalam Takhrijul Kasyaf (4/114) juga mengatakan hadits ini diriwayatkan oleh An Nasa’i dalam Al Kuna.
Hadits ini adalah hadits palsu. Sebagaimana dikatakan oleh Syaikhul Islam di Majmu Fatawa (11/197), juga oleh Al Mulla Ali Al Qari dalam Al Asrar Al Marfu’ah (211). Al Albani dalam Silsilah Adh Dhaifah (2460) mengatakan hadits ini Munkar.

9. “Lima hal yang membatalkan puasa dan membatalkan wudhu: berbohong, ghibah, namimah, melihat lawan jenis dengan syahwat, dan bersumpah palsu.”
Hadits ini diriwayatkan oleh Al Jauraqani di Al Abathil (1/351), oleh Ibnul Jauzi di Al Maudhu’at (1131)
Hadits ini adalah hadits palsu, sebagaimana dijelaskan Ibnul Jauzi di Al Maudhu’at (1131), Al Albani dalam Silsilah Adh Dhaifah (1708).

10. Dalam sebuah hadits panjang yang diriwayatkan oleh Salman radhiyallohu anhu beliau berkata : Rasulullah shallallohu alaihi wasallam berkhutbah pada hari terakhir di bulan Sya’ban, beliau bersabda : “Wahai sekalian manusia kalian telah dinaungi bulan agung nan diberkahi …,bulan yang awalnya adalah rahmat, pertengahannya magfirah (pengampunan) dan akhirnya adalah pembebasan dari api neraka….” ] HR. Ibnu Khuzaimah dalam Shohihnya (3/191 no.1887) ]
Hadits ini lemah, Ibnu Khuzaimah sendiri telah mengisyaratkan hal itu, karenanya beliau memberi judul hadits ini : “Keutamaan bulan Ramadhan jika haditsnya shohih”. Hadits ini juga diriwayatkan oleh Baihaqi. Abu Hatim mengatakan bahwa hadits ini mungkar sebagaimana yang dinukil oleh Al Albani dalam Silsilah Al Ahadits Adh Dho’ifah (871).

11.“Seandainya para hamba mengetahui apa (hakikat) bulan Ramadhan maka tentu ummatku menginginkan Ramadhan itu sepanjang tahun,…sesungguhnya surga berhias untuk bulan Ramadhan di setiap penghujung tahun ke tahun berikutnya …..”
[ HR.Ibnu Khuzaimah dalam shohihnya (1886), Ibnul Jauzi dalam kitab Al Maudhu'at (2/547) dan Abu Ya'la dalam Musnadnya sebagaimana yang disebutkan dalam Al Mathalib Al Aliyah ]
Para Imam tersebut meriwayatkan hadits ini dari jalur Jarir bin Ayyub Al Bajali dari Sya’bi dari Nafi’ bin Burdah dari Abu Mas’ud Al Ghifari.Kedudukan hadits ini palsu, penyebabnya adalah Jarir bin Ayyub; Ibnu Hajar menyebutkan dalam Lisanul Mizan (2:101) bahwa dia terkenal akan kelemahannya, kemudian beliau menukil perkataan Abu Nu’aim tentangnya bahwa dia pernah memalsukan hadits. Bukhori berkata : Munkarul Hadits dan Nasai mengatakan : Matruk (ditinggalkan). Ibnu Jauzi juga menilai hadits ini sebagai hadits yang palsu. Ibnu Khuzaimah sendiri meragukannya sehingga beliau berkata : “Jika hadits ini benar karena hati ini meragukan Jarir bin Ayyub Al Bajali”.

12. "Barangsiapa yang beri'tikaf pada sepuluh hari (terakhir) bulan Ramadhân, maka dia seperti telah menunaikan haji dan umrah dua kali".
Diriwayatkan oleh al-Baihaqi rahimahullah dalam kitab beliau Syu'abul Imân dari Husain bin Ali bin Thâlib Radhiyallahu 'anhuma. hadits ini Maudhû'.
Syaikh al-Albâni rahimahullah dalam kitab beliau Dha'if Jami'ish Shaghiir, no. 5460, mengatakan ,"Maudhû.' Kemudian beliau rahimahullah menjelaskan penyebab kepalsuan hadits ini dalam kitab beliau rahimahullah Silsilah ad-Dha'ifah, no. 518.

13. “Penghulu bulan-bulan adalah bulan Ramadhan dan yang paling agung kesuciannya Dzulhijjah.”
Keterangan: dha’if (lemah). Lihat di kitab Fadhail Ramadhan karya Ibnu Abu Dunya 33, Al-Jami’ Lisy-Sya’bi 7/3364, Al-Masanid 33/622, Mukhtashar Al-Zawaid 1/663, Mukhtashar Al-Maqashid 540, Kasyfu 1/960, Fadhail Al-Awqat 167, dll.

14. “Kemulian Rajab atas seluruh bulan seperti kemulian Al-Quran atas segala dzikir, dan kemulian bulan Sya’bam atas seluruh bulan seperti kemuliaan Nabi Muhammad atas seluruh nabi, dan kemuliah Ramadhan atas seluruh bulan seperti kemuliaan Allah atas hambaNya…..”
Keterangan: Maudhu’ (palsu), lihat di kitab Tabyin 8, Tanzih 7/3355, Al-Kasyfu Al-Ilahi 2/616, Khufaa 2/1824, Tamyiz 907, Tazkirah 116, Al-Asror 642, Al-Maqoshid 740, dll.

15. “Puasa satu hari di bulan Ramadhan lebih utama dari pada(puasa) seribu hari, dan satu tasbih di bulan Ramadhan lebih utama daripada seribu tasbih, dan satu raka’at di bulan Ramadhan lebih utama daripada setibu rakaat.”
Keterangan: riwayatnya terputus, lihat di kitab Fadhail Ramadhan karya Ibnu Abi Dunya (Manshur) 23, Targhibul Ashbihani (Sya’ban) 2/1781, Ittihaf 4/256, Tahdzirul Kholan 64, dll.


Semoga bermanfaat.



Diselesaikan di Lantai 5 PT. Cepat Versi Arli,
Kota Singkawang.

9 Ramadhan 1437H / 14 Juni 2016M.


Abu Aufa

Leave a Reply

 
Sambas Sunnah © 2016 | Created By Abu Aufa